
Pada zaman dahulu kala, ada seorang raja yang bernama raja Diandras yang arif dan bijaksana dalam memimpin kerajaannya. Hingga suatu saat raja mengalami sakit yang parah, berpuluh-puluh tabib dari negeri seberang didatangkan untuk mengobati penyakit sang raja.
Namun, tidak ada satu pun yang berhasil mengobati dan menyembuhkan penyakit sang raja. Akhirnya, diadakan sayembara kerajaan yang di umumkan di tengah alun-alun kerajaan.
Sayembara itu berbunyi, barang siapa yang dapat menyembuhkan penyakit raja akan diberikan hadiah, jika ia laki-laki maka ia akan diangkat menjadi pangeran sebagai pengganti raja kelak, dan jika ia perempuan maka ia akan dijadikan permaisuri raja. Setelah berita itu tersebar, datanglah para tabib dan orang pintar dari segala penjuru negeri.
Namun, semua peserta sayembara yang datang untuk mengobati sang raja gagal untuk menyembuhkan raja. Hingga pada suatu hari, datanglah seorang pemuda yang ingin masuk ke dalam istana.
Sesampainya di pintu istana, pemuda itu disambut oleh dua orang penjaga pintu gerbang istana yang berbadan tinggi dan tegap. Dari penampilannya pemuda itu tampak sangat lusuh, bajunya compang-camping, mukanya kotor, dan tubuhnya sangat bau.
Pemuda itu menjelaskan, bahwa dia ingin menemui raja dan ingin menyembuhkan penyakit sang raja.
Sontak para penjaga langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan pemuda itu. Melihat penampilan dari pemuda itu, para penjaga pun mulai meremehkannya. Hingga akhirnya keributan pun terjadi, karena pemuda tersebut tidak dapat mengikuti sayembara dari kerajaan.
Mendengar keributan yang terjadi di pintu gerbang, salah satu perdana menteri kerajaan mendatangi pintu istana. Singkat cerita, si pemuda ini diijinkan masuk ke dalam istana. Kemudian, pemuda itu memberikan sebuah isyarat kesembuhan kepada sang Raja. Pemuda itu mengatakan, bahwa sakit baginda raja hanya dapat diobati oleh bunga kembang sepatu raksasa. Namun bunga itu tidak dapat diambil semua orang, bunga itu hanya dapat diambil oleh orang yang paling jujur di kerajaan ini.
Setelah pemuda itu datang memberikan isyarat kepada raja, kerajaan pun membuat sayembara baru untuk mengambil bunga tersebut. Keesokan harinya rakyat kerajaan berbondong-bondong mendatangi bunga kembang sepatu yang ada di dalam hutan. Namun, tidak ada satu pun yang berhasil menghampiri bunga tersebut.
Setelah tidak ada yang berhasil mengambil bunga itu, akhirnya ada seorang kakek tua datang dan memetik bunga kembang sepatu tanpa ada halangan yang berarti baginya. Setelah berhasil mengambil bunga itu, kakek itu dibawa dan diboyong oleh pengawal istana untuk memberikan obat yang berasal dari kembang sepatu untuk diminum oleh Raja Diandras.
Akhirnya, tidak lama kemudian sang raja pun sembuh setelah meminum obat itu. Raja Diandras pun lalu menawarkan hadiah sesuai perjanjian sayembara yang dia adakan, namun si kakek tidak meminta satu pun hadiah yang ditawarkan oleh sang raja. Kakek hanya ada satu permintaan, yaitu ia menginginkan raja tetap memerintah negeri itu dengan lebih arif dan lebih bijaksana. Mendengar permintaan kakek itu raja kemudian meneteskan air mata, ia tidak mengira di negeri itu masih ada orang yang ikhlas memberikan bantuan tanpa mengharapkan imbalan apa pun.
Melihat ketulusan hati sang kakek, akhirnya sang kakek diangkat menjadi penasihat raja. Setelah sehat dan pulih Raja Diandras pun kembali memerintah sebagai raja di negeri yang adil, damai dan sentosa bagi rakyatnya hingga akhir hidupnya.